Love Valentine's Day Pumping Heart

Minggu, 26 April 2015

Pendidikan dan Kesehatan Dalam Pembangunan Ekonomi

 Pendidikan dan Kesehatan Dalam Pembangunan Ekonomi

 Pendididikan dan kesehatan merupakan tujuan dari pembangunan yang mendasar. Kesehatan merupakan kesejaheraan, sedangkan pendidikan merupakan hal yang pokok untuk menggapai kehiduapan yang memuaskan dan berharga, keduanya merupakan hal yang penting unuk membentuk kapabilias manusia yang lebih luas yang berada pada inti makna pembangunan.
Sangat dramatisnya kondisi kesehatan dan pendidikan dunia selama separuh abad terakhir ini. Pada tahun 1950 dari 1000 anak 280 meninggal dari semua Negara berkembang sebelum mencapai usia 5 tahun. Pada tahun 2000, angka tersebut menurun mencapai 126 dari 1000 dinegara-negara miskin, dan 39 per 1000 dinegara-negara berpendapatan menengah. Sejumlah penyakit yang mematikan sudah ditemukan obatnya. Cacar yang biasanya yang dapat menewaskan 5 juta orang setiap tahunnya sudah dapat dikendalikan dengan penggunaan vaksin. Disamping itu, sejak beberapa dekade terakhir ini, kemampuan baca tulis dan pendidikan dasar telah dinikmati secara meluas oleh sebagian masyarakat dinegara-negara berkembang.
Meskipun telah mencapai kemajuan, tetapi Negara-Negara Dunia Ketiga masih terus mengalami berbagai tantangan seiring dengan upaya meningkatkan kesehatan dan pendidikan masyarakatnya. Distribusi kesehatan dan pendidikan disuatu negara-negara berkembang, usia harapan hidup bagi orang-orang mampu cukup tinggi, sedangkan bagi masyarakat miskin jauh lebih rendah. Tingkat kematian anak-anak di negara berkembang masih lebih dari sepuluh kali lipat lebih tinggi daipada yang ditemukan dinegara-negara kaya. Kematian ini pada umumnya disebabkan oleh berbagai kondisi yang sebenarnya bisa diatasi, termasuk jutaan anak-anak yang tidak perlu meninggal tiap tahunnya karena dehidrasi karena diare.
Mengapa sektor pendidikan ini menjadi sangat penting dan menjadi sektor unggulan dalam pembangunan nasional suatu negara, termasuk bagi suatu daerah otonom.
Pertama, hasil (outcome) pendidikan memiliki dampak yang besar terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di suatu daerah atau negara. Pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam berbagai bidang kehidupan, baik ideologi, politik, sosial, ekonomi, dan budaya, amat tergantung dari hasil pendidikan yang berkualitas. Kesadaran tentang pentingnya menjaga kesehatan, sebagai contoh, merupakan hasil kerja pendidikan. Dengan demikian, kegiatan sosialisasi tentang pentingnya menjaga kesehatan tidak perlu banyak dilakukan oleh kementerian kesehatan jika proses pendidikan telah berhasil membentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan tentang kesehatan. Dampak langsung maupun tidak langsung juga berlaku terhadap sektor-sektor pembangunan yang lainnya, termasuk sektor yang selama ini dinilai paling penting, yakni sektor ekonomi.
Pembangunan sektor pendidikan akan meningkatkan produktivitas dan daya saing suatu bangsa. Peningkatan produktivitas mempunyai kaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah. Tingkat rata-rata pendidikan masyarakat mempunyai korelasi yang berbading lurus dengan tingkat ekonomi masyarakat. Makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, akan makin tinggi pula peran serta masyarakat, termasuk wanitanya. Dengan demikian, makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, makin tinggi pula produktivitas masyarakat. Dengan kata lain, makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, makin tinggi pula income perkapita masyarakat. Dengan demikian, sekali lagi pembangunan sektor pendidikan akan mengangkat secara langsung ataupun tidak langsung sektor ekonomi. Jika sektor ekonomi saja banyak didukung oleh sektor pendidikan, apakah lagi dengan sektor-sektor lainnya.
            Kedua, hasil pembangunan sektor pendidikan yang diharapkan adalah dari perubahan sikap mental masyarakat, katakanlah misalnya dalam bidang kesehatan. Pendidikan yang baik pada hakikatnya akan mengubah sikap mental atau kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan, misalnya termasuk tentang bahaya narkoba dan bahkan bahaya HIV dan AIDS. Sebagai contoh, di Zambia, remaja usia 15 sampai 19 tahun yang telah menerima pendidikan menengah, memiliki kemungkinan kecil terjangkit virus AIDS daripada mereka yang kurang berpendidikan (UNESCO). Contoh lain, tingkat pendidikan yang tinggi dalam masyarakat akan berpengaruh secara signifikan terhadap upaya pengendalian laju pertambahan penduduk. Peningkatan rata-rata pendidikan masyarakat akan meningkatkan rata-rata usia kawin, dan dengan demikian akan menekan angka kelahiran, dan pada gilirannya akan menekan angka pertambahan penduduk di suatu negara. Dengan demikian, pembangunan sektor pendidikan akan berpengaruh sangat positif terhadap sektor-sektor lain.
Peningkatan kesehatan dan pendidikan merupakan nilai investasi bagi keluarga untuk keluar dari jebakan lingkaran setan kemiskinan. Kesehatan dan pendidikan berkaitan sangat erat dalam pembangunan ekonomi. Kesehatan dan pendidikan adalah investasi yang dibuat dalam individu yang sama. Modal kesehatan yang lebih baik dapat meningkatkan pengembalian atas investasi dalam pendidikan karena kesehatan adalah faktor penting atas kehadiran disekolah, anak-anak yang sehat lebih berprestasi disekolah/ dapat belajar secara lebih efisien, kematian yang tragis pada anak-anak usia sekolah juga meningkatkan pengembalian atas investasi dalam pendidikan, dan individu yang sehat lebih mampu menggunakan pendidikan secara produktif disetiap waktu dalam kehidupannya. Modal pendidikan yang lebih baik dapat meningkatkan pengembalian atas investasi dalam kesehatan karena banyak program kesehatan bergantung pada berbagai keterampilan yang dipelajari sekolah, sekolah mengajarkan pokok-pokok kesehatan pribadi dan sanitasi, dan dibutuhkan pendidikan untuk membentuk dan melatih petugas pelayanan kesehatan. Dengan perbaikan efisiensi produktif dari investasi dalam pendidikan dapat meningkatkan pengembalian atas investasi dalam kesehatan yang meningkatkan harapan hidup.
Tingkat kesehatan dan pendidikan telah meningkat, baik di Negara maju maupun dinegara berkembang, namun ukuran kemajuan yang lebih cepat terjadi di Negara-negara berkembang. Akibatnya, terdapat sejumlah konvergensi internasional dalam berbagai ukuran ini. Hal ini sangat berlawanan dengan pendapatan perkapita, yang kurang atau tidak menampakkan tanda-tanda konvergensi antar Negara. Meskipun jurang kesehatan dan pendidikan antara Negara-negara berkembang dengan Negara maju masih tetap lebar, dan perbaikan dimasa depan tidaklah gampang, namun kemajuan yang terjadi hingga saat ini tidak dapat dipungkiri.
Tingkat Proporsi bersekolah mencerminkan perubahan investasi yang cepat dibidang pendidikan, ketimbang menunggu pendidikan anak-anak pada saat ini dibandingkan dengan tingkat pendidikan seluruh masyarakat ketika mereka menjadi dewasa. Namun demikian, ada juga keuntungan untuk mengukur kemajuan dengan ”stok pendidikan”, atau tingkat pendidikan rata-rata dalam masyarakat secara keseluruhan, karena seseorang dapat masuk kesekolah dasar namun tidak dapat menyelesaikannya.
Di negara-negara miskin tingkat kematian anak, masih saja meninggal dengan tingkat 10 kali lipat lebih tinggi dari pada negar maju. Disamping itu, pola-pola yang lebih diterapkan dimasa lalu tidak dapt sepenuhnya digunakan untuk meramalkan tren masa depan. Sebagai contoh, juga mungkin terjadi bahwa tingkat konvergensi itu sendiri berjalan dengan lambat. Baru-baru, sejumlah kemajuan kesehatan di Negara-negara miskin sudah dilakukan dengan susah payah ternyata mengalami serangan penyakit lain, terutama dari AIDS, juga tuberculosis (TBC), wabah malaria yang muncul kembali,dan bakteri-bakteri baru yang lebih resisten.
Pada bagian sebelumnya tingkat kesehatan dan pendidikan jauh lebih baik dinegara berpendapatan tinggi, Mengapa terjadi sebab-akibat seperti demikian?. Dengan pendapatan yang tinggi, masyarakat dan pemerintah mampu mengeluarkan uang yang lebih banyak untuk pendidikan dan kesehatan, dengan kesehatan dan pendidikan yang lebih baik produktivitas dan pendapatan yang lebih tinggi akan lebih mudah dicapai. Karena adanya hubungan ini, maka kebijakan pembangunan harus difokuskan pada upaya untuk meningkatkan pendapatan, kesehatan, dan pendidikan secara bersama-sama.
Sebagai barang normal orang akan “membeli” lebih banyak modal manusia (human capital) jika pendapatannya naik.Namun bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa meskipun kita mampu menaikkan pendapatan tanpa harus memperbaiki kesehatan dan pendidikan secara signifikan,kita tidak dapat memastikan bahwa peningkatan pendapatan tersebut akan diinvestasikan kedalam pendidikan dan kesehatan anak secara memadai.Pasar tidak akan memecahkan persoalan tersebut secara otomatis,dan dan dalam berbagai kasus telah di temukan bahwa pilihan konsumsi rumah tangga itu sendiri tidak menunjukkan keterkaitan yang kuat antara peneluaran dan pendapatan untuk peningkatan gizi,terutama untuk anak-anak.
Terdapat sebuah literature ekonomi mengenai elastisitas pendapatan dari permintaan akan kalori,yaitu perkiraan perubahan persentase konsumsi kalori dibandingkan dengan perubahan persentase pendapatan keluarga. Bukti yang ada menunjukkan bahwa semakin tingi tingkat pendidikan sang ibu semakin baik tingkat kesehatan anaknya.Biasanya,pendidikan formal di butuhkan sebagai pelengkap akses ke informasi terbaru. Paul Glewwe menemukan bahwa pengetahuan seorang ibu memberikan dampak positif terhadap kesehatan anak nya.
Kemudian, kita dapat menyimpulkan bahwa, terdapat imbasan yang penting dari investasi seseorang dalam pendidikan dan kesehatan. Orang yang berpendidikan akan memberi manfaat kepada orang-orang lingkungannya, seperti membaca untuk mereka atau menciptakan inovasi yang berguna bagi komunitasnya.Akibatnya,akan terdapat kegagalan pasar yang signifikan dalm pendidikan. Lebih jauh, orang yang sehat tidak akan menularkan penyakit, tetapi bermanfaat dalam komunitasnya dalam banyak hal,yang tidak dapat dilakukan oleh orang sakit. Karena adanya dampak imbasan seperti itu,maka pasar tidak dapat diandalkan untuk dapat memberikan level kesehatan dan pendidikan yang efesien secara social. Oleh karena itu WHO menyimpulkan dalam World Health Report tahun 2000 tentang system kesehatan bahwa “Tanggung jawab utama atas kinerja sisitem kesehatan terdapat di pundak pemerintah”. Pejabat yang bijaksana dinegara berkembang akan mengambil pelajaran dari berbagai studi yang menunjukkan keterkaitan antara kesehatan,pendidikan,dan pendapatan,serta merancang suatu strategi terpadu.
Analisis atas investasi dalam bidang kesehatan dan pendidikan menyatu dalam pendekatan modal manusia.Modal manusia (human capital) adalah istilah yang sering digunakan oleh para ekonom untuk pendidikan, kesehatan dan kapasitas manusia yang lain yang dapat meningkatkan produktivitas jika hal-hal tersebut ditingkatkan. Sebuah analogi terhadap investasi konfensional dalam modal fisik telah dibuat setelah investasi awal dilakukan, maka dapat dihasilkan suatu aliran penghasilan masa depan dari perbaikan pendidikan dan kesehatan. Akibatnya suatu tingkat pengembalian (rate of return) dapat diperoleh dan dibandingkan dengan pengembalian dari investasi yang lain. Hal ini dilakukan dengan cara memperkirakan nilai diskonto sekarang dari aliran pendapatan yang meningkat yang mungkin di hasilkan dari investasi-investasi ini akan kemudian membandingkannya dengan biaya lansung dan tidak lansungnya. Tentu saja, pendidikan dan kesehatan juga berkontribusi lansung terhadap kesejahteraan, namun pendekatan modal manusia berfokus pada kemampuan tidak lansung untuk meningkatkan utilitas dengan meningkatkan pendapatan. Pada bagian ini, kita secara umum akan mengambarkan beberapa poin yang berkaitan dengan investasi di bidang pendidikan, namun prinsip yang sama juga berlaku untuk investasi di bidang kesehatan.
Bagi seseorang dinegara berkembang yang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ketingkat atas akan mengorbankan 4 tahun pendapatan yang tidak akan di perolehnya karena bersekolah. Hal ini adalah biaya tidak langsung. Anak tersebut dapat saja bekerja separuh waktu, namun kemungkinan itu diabaikan disini untuk menyederhanakan. Jika anak itu bekerja secara paruh waktu, maka hanya sebagian dari daerah biaya tidak lansung yang berlaku.
Disamping itu, juga terdapat biaya langsung seperti biaya sekolah, seragam sekolah dan pengeluaran lain yang tidak akan dikeluarkan jika anak tersebut tidak melanjutkan sekolah begitu lulus dari sekolah dasar. Selama sisa hidupnya, dia akan berpenghasilan yang lebih besar, dibandingkan bekerja dengan berbekal ijazah SD.

Daftar Pustaka;
Todaro P, Stephen C. Smith. Pembangunan Ekonomi diDunia Ketiga, ahli bahasa Haris Munandar dkk, Jakarta. Erlangga. 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar